Kekatolikan dan ke Indonesiaan

Posting Komentar

 (diringkas dari tulisan Mgr. Suharyo dlm. Buku Katolik Way)

 Pertama: Contoh dari beberapa tokoh

Romo Vanlith. Misionaris Belanda di jateng, pada awal abad 20, ia istimewa karena diberi julukan, waktu itu belum ada indonesia, karena tahun 1920 an ia diberi julukan orang Belanda yang berhati jawa. Untuk, membedakan dengan orang jawa yang berhati Belanda, berarti penjajah. Bisa dibayangkan dari sebutan itu seperti apa dia. Saya kutipkan salah satu tulisannya, ketika harus berhadapan dengan penjajah yang sebangsanya. Setiap orang sekarang tahu kami, para misionaris, ingin bertindak sebagai penengah. Itu konfilik antara penjajah yang dijajah. Tapi setiap orang tahu juga bahwa seandainya terjadi perpecahan meskipun tak diharapkan sedangkan kami terpaksa memilih, kami akan berdiri di pihak golongan pribumi, golongan yang dijajah dan dihisap. Ini jelas pemihakan, pilihan sikap ketika berhadapan dengan situasi konkrit dengan inspirasi iman mewartakan kerajaan Allah, rm Vanlith memilih orang-orang setempat tak memilih orang-orang Belanda meskipun dia adalah orang Belanda. Waktu itu belum bisa dikatakan keindonesiaan, tapi jiwanya ada di situ. Yang juga sangat menarik, rm Vanlith, yang adalah pastor, yang adalah Belanda, dicalonkan oleh partai sarikat Islam untuk menjadi anggota volkstraat waktu itu, orang Belanda dicalonkan menjadi anggota DPR oleh partai sarikat Islam. Waktu itu terjadi karena keberpihakannya itu.

Bapak Kasimo, seorang pejuang politik. Dia berjuang dalam politik bukan hanya sebagai politikus biasa tapi sebagai politikus yang berinspiras iman Katolik, dalam iman ketika ia diwawancarai mengenai sikap dasar berpolitkik pertama sederhana, kedua jujur, yang ketiga tidak semata2 perjuangan duniawi (ini mengesankan). Kalau kita bahasakan dengan bahasa kita demi Kerajaan Allah lalu bisa dijelaskan seperti apa?

Mgr. Sugiyopranoto, orang istimewa, beberapa hal dalam kehidupan beliau yang belum banyak diketahui selain 100% Katolik 100% Indonesia, ketika ibukota pindah dari Jakarta ke Yogya, romo Sugiyopranoto memindahkan keuskupan dari Semarang ke Yogya. Bukan karena semarang gedungnya rusak. Tapi karena dia ingin menunjukkan pada seluruh dunia, pada rakyat indonesia bahwa gereja Katolik adalah bagian dari bangsa indonesia yang mempertahankan kemerdekaannya. Ini tindakan kenabian yang bukan main besar artinya. Semarang terkenal dengan perang 5 hari, jepang menyerang, Inggris datang, semarang akan dihanguskan, Sugiyopranoto menjadi penengah pendamai, antara jendral jepang dan Inggris.

Ign Slamet Riyadi. Pada usia 23 tahun, dia menjadi wakil pemerintah indonesia untuk menerima penyerahan kota Solo dari penjajah Belanda. Masih sangat muda pangkatnya overste, ketika komandan Belanda ketemu geleng-geleng kepala, ini tokh anak yang mencelakakan kami terus, tak pernah bisa ditangkap. Dalam posisi yang setinggi itu dalam karir militer kenegaraan, waktu itu belum Katolik, akhirnya ia memutuskan untuk menjadi Katolik, biasanya sekarang terbalik untuk mencari jabatan Katolik ditinggalkan. Selamet riyadi terbalik, ketika ingin menyempurnakan aktualisasi  dirinya sebagai manusia dia memberikan dirinya untuk dibaptis, ini istimewa sekali. Sehingga ia dikhianati dan ditembak mati sebagai orang Katolik, sempurnalah pengabdiannya pada nusa dan bangsa. Nama baptisnya Ignatius dan ia dibaptis sekitar bulan desember …aneh kalau dia mendapat nama baptis Ignasius karena Ignasius 31 Juli. Berhubung dia tentara dan Ignasius juga tentara, kelihatannya dia memilih nama itu rupanya.  Ia memilih nama ignatius untuk menyempurnakan pengabdiannya sebagai manusia beriman kristiani. Itulah contoh2 yang bagi saya sangat inspiratif untuk menampilkan bahwa keKatolikan dan keindonesia bukan sekadar konsep tapi kehidupan.

 Kedua: kita

Tadi orang-orang besar, lalu kita apa bisa mengejawantahkan konsep kekatolikan dan keindonesiaan? Harus bisa, menurut kadar yang berbeda-beda. tak usah bercita-cita menjadi tokoh yang besar. Ada 3 kata kunci yaitu iman, mediasi atau jalan (sarana bisa pendidikan, kesehatan perusahaan, perdagangan, guru, wartawan dsb, apa yang kita pilih sebagai mediasi untuk mewujudkan iman), dan perubahan sosial. Ini bahasa yang biasa kita pakai bahasa salehnya adalah datangnya kerajaan Allah.

Iman, inspirasi iman. Iman memuat sekurangnya 2 hal yang pertama adalah pengetahuan, maka tadi ditunjukkan bagian 1 praktis pertanyaan seputar pengetahuan iman. Dan rupanya pengetahuan iman umat Katolik masih sungguh banyak harus ditingkatkan. Selama ini bapak kardinal selalu berbicara hal itu dan karena pengamatan beliau kira-kira sama, maka pastor-pastor dihimbau setiap bulan sekali homili diganti dengan pengajaran iman. Ada banyak contoh yang meyakinkan saya bahwa pengetahuan iman memang harus dikembangkan. Salah satu contoh yang lucu, pada satu pertemuan orang muda lintas agama, Katolik, Protestan, Islam, dsb yang Islam bertanya pada yang kristen, teman, apa beda Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, tak ada yang jawab, sesudah beberapa waktu OMK berdiri dengan sangat percaya diri dan mengatakan Perjannjian Baru adalah cetakan yang paling Baru dari Perjanjian Lama. Ggrrrr…

Soal pengalaman, pengetahuan ada dikepala, moga-moga turun ke hati menjadi pengalaman yang menggerakkan kehidupan. Untuk menunjukkan dengan sederhana faham tentang iman sangat berpengaruh dalam kehidupan. Dongeng anak kecil ingin makan permen. Didik namanya, dia ingin makan permen yang dia tahu ibunya punya banyak, dia tak berani karena paling-paling dimarahi, maka dia ambil tanpa minta ijin, dikiranya ibunya tak melihat, ternyata ibunya melihat, sesudah ambil dia ditanya oleh ibunya, ketika kamu curi kamu tahu tidak Allah ada di situ, dengan tenang didik menjawab tahu. Apa yang dikatakan Tuhan? jawab didik Tuhan menyuruh saya ambil dua. Dongeng kecil ini bisa menjelaskan bahwa ada gambaran tentang Allah itu yang bisa berbeda-beda. Ibu dalam dongeng itu gambarannya Allah terus mengawasi, kalau ketangkap dihukum. Maka dia menakuti anaknya dengan kehadiran Allah. Jadi jika Allah seperti itu kita akan susah, sementara anak kecil punya gambaran dan pengalaman yang sangat berbeda. Bagi dia Allah bukan yang mengawasi, Allah itu maha baik, maha kasih maka dia ingin satu disuruh ambil dua permen. 

Pertanyaan kita adalah apakah pengetahuan iman yang banyak itu sungguh-sungguh bisa kita serap menjadi pengalaman? Oleh karena itu kalau ditanya silahkan menjelaskan Tritunggal. Jawaban saya Tritunggal tak bisa dijelaskan; kalau jelas maka bukan Tritunggal. Ada mahasiswi universitas negeri, dia ditantang dosennya. Kalau bisa menjelaskan Tritunggal saya akan jadi Katolik. Mahasiswi menjawab ringan, bapak jadi Katolik dulu nanti akan tahu Tritunggal siapa. Kalau saya akan menjawab: Tritunggal adalah pemikiran teologi yang nantinya mengarah pada satu kesatuan dimana Allah adalah kasih. Masalahnya Allah yang adalah kasih itu diimani atau tidak. Ini pertanyaannya, perlu usaha terus menerus harus diperjuangankan dalam doa dsb. Iman itu harus diujudkan maka dipilih mediasi.

Mediasi, Vanlith seorang imam, mendirikan sekolah.  Sugiyopranoto imam, Kasimo politikus, itulah mediasi, bagaimana iman itu diujudkan. Dalam mewujudkan iman, yang namanya ajaran-ajaran Katolik, ajaran iman dipegang maka ada etika politik Katolik, ada etika bisnis dsb dalam meujudkan mediasi pilihan ketika mewujudkan iman. Di mana-mana ada sekolah Katolik, Rumah Sakit Katolik,  ini adalah pilihan yang diambil untuk mewujudkan iman itu.

Perubahan sosial macam apa yang ingin kita ujudkan dengan inspirasi iman, mediasi yang kita pilih yang mau dicapai itu apa. Rm Vanlith dulu mengambil mediasi pendidikan. Karena dia melihat bahwa dengan pendidikan, orang dibebaskan dari penjajah. Maka di sekolah yang dia dirikan, orang-orang yang masuk ke sana diberi pelajaran bahasa Belanda. Bukan supaya orang itu menjadi kebelanda-belandaan tapi supaya anak-anak pribumi yang kemudian menjadi orang Indonesia, bisa berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan orang Belanda. Jangan-jangan dimaki-maki pakai bahasa Belanda dijawab terimakasih. Ketika anak-anak di situ tahu bahasa Belanda, selain bisa belajar ilmu macam-macam, dia bisa duduk sama rendah, berdiri sama tinggi, itu kesamaan sosial, datangnya kerajaan Allah. Orang bodoh dibebaskan dan bisa mengaktualisasikan diri. Tadi dikatakan macam-macam hal pendidikan kesehatan dan lingkungan hidup semua bisa dimasukkan dalam kerangka perubahan sosial.

PERUBAHAN SOSIAL

Perubahan sosial sebetulnya adalah bidang dari Ajaran Sosial Gereja, gereja tak hanya mengajarkan dogma, ajaran iman tapi gereja juga punya ajaran sosial. Ajaran sosial gereja, sebetulnya bisa dikatakan hanya 2 isinya.

Sebagai orang beriman kita diajak, bukan pertama-tama ajaran, tapi sebetulnya ajaran sosial gereja mengandalkan gerakan maka dikatakan ajaran untuk melibatkan diri pada masalah-masalah aktual dan mengangkat masalah-masalah itu sebagai masalah iman. Kalau sekarang ada masalah tentang perubahan iklim, ini bukan sekadar masalah iklim saja tapi tantangan iman bagi orang beriman. Kalau ada masalah hukum, ini adalah tantangan iman bukan sekadar masalah hukum. Ajakan untuk melibatkan diri pada masalah-masalah sezaman dan mengangkatnya menjadi tantangan iman, kita melihat dari kacamata iman meskipun seperti pak Kasimo, melihat masalah politik tak sekadar politik melainkan lebih dari itu. Karena ajaran sosial gereja adalah gerakan maka pertanyaan kedua adalah apa yang dapat dan hendaknya dibuat supaya hidup manusia dalam lingkungan kita dapat berlangusng lebih manusiawi? Tak usah pikir yang luas-luas. ketika orang kekurangan air, kita bisa memberi air. Tapi memberi air lama-lama tak cukup, kita perlu mencarikan sumber air. Ketika orang tak bisa sekolah apa yang diperbuat? Mengumpulkan beasiswa. Apa yang bisa kita buat supaya hidup di lingkungan kita menjadi manusiawi. Banyak hal besar atau kecil sudah dikerjakan. Untuk masuk ke dalam 2 hal itu, melibatkan diri sebagai persoalan masalah iman dan menjawab apa yang kita buat diperlukan kompetensi etis.

Kompetensi untuk berbelarasa, bukan skill tapi kemampuan untuk berbela rasa, compassion, semakin sering digunakan 10-15th lalu. Intinya sederhana, seorang yang berbela rasa mengatakan masalahmu masalahku, kecemasanmu kecemasanku, kegembiraanmu adalah kegembiraan ku. Kegembiraan dan pengharapan, kecemasan dan keresahan masyarakat adalah kegembiraan dan kecemasan murid-murid Kristus. Dan yang amat penting adalah ringkasan Injil. Ada sabda Yesus yang disampaikan pada kita dalam 2 versi, Matius 5:48 bunyinya: hendaklah kamu sempurna seperti Bapamu di surga sempurna. Versi Lukas lain 6:36 hendaklah kamu berbelarasa seperti bapamu di surga berbelarasa. Dalam teks ini bunyinya murah hati, tapi sebetulnya kata yang paling tepat untuk murah hati adalah belarasa. Kalau kedua versi ini dibandingkan kesimpulannya jelas kesempurnaan terletak pada belarasa, a sama dengan b, b sama dengan c, maka a sama dengan c. Maka belarasa satu anak kecil meluruskan seluruh jiwa Yesus yang diharapkan menjadi kompetensi etis bagi setiap orang yang menjadi murid-murid-Nya.

Kalau belarasa itu dilakukan sendiri-sendiri habislah kita, tak kuat menghadapi tantangan, maka kompetensi etis kedua adalah kemampuan untuk melibatkan orang lain. Ini kemampuan. Bisa dilatih, tapi kalau tak dilatih bisa sebaliknya. Bukan orang ikut, malah menjauh; maka harus dilatih, kompetensi melibatkan orang lain dan bersama kita bisa. Yesus mengatakan kalau ada 2 atau 3 orang sependapat berkumpul, Aku di antara kamu. Seringkali dibaca kalau ada 2 atau3 orang berkumpul itu kurang, mestinya kalau ada 2 atau 3 orang berkumpul dan sehati, itu kadang tak dibaca. Karena kita mempunyai kecenderungan tidak untuk bersehati tapi untuk berkelahi.

Mencari jalan dan menentukan tindakan untuk menentukan sesuatu. Contoh pengalaman Mgr. Suharyo di Jakarta: 2 hari lalu saya ikut rapat panitia bakti dwi abad KAJ. Salah satu tindakan menawarkan Tempat Penitipan Anak khususnya untuk buruh. Ketika kedua ortu bekerja, anak-anak mereka siapa yang memperhatika. Maka panitia yang dulu dibentuk sesudah perayaan dwi abad KAJ bekerjasama dengan WK, memilih membuat TPA. Tidak perlu buat bank baru. Tapi bertindak untuk melakukan hal kecil jelas sekali, akan membuat lingkungan hidup saudara-saudara kita lebih manusiawi. Contoh lain: orang tergerak melihat sampah lalu mengelolanya menajdi bermanfaat untuk pupuk organic, daur ulang, kerajinan, (kampung yang menerapkan bank sampah di beberapa tempat di jogja), contoh sederhana melihat parit parit atau selokan bumpet karena sampah trus mengajak teman2 warga gotong royoong dan mengajak kesadaran warga tuk tidak membuang sampah sembarangan di sungai atau selokan.. pemerhati difable..tidak korupsi.. dll..Kalau itu terjadi moga-moga terjadilah perubahan sosial, berlandaskan iman sehingga kerajaan Allah semakin ditegakkan.

Sebagai orang Katolik di negri tercinta Indonesia ini apa yang perlu aku lakukan untuk kemajuan negriku ini berdasarkan Pancasila?

Baca Artikel Menarik Lainnya

Posting Komentar